Kamis, 02 April 2015

Profesi Pramugari Tetap Menjadi Pilihan


Kebutuhan sumber daya manusia (SDM) profesional di bidang industri jasa penerbangan, termasuk pramugari, juga semakin meningkat pesat. Hal ini seiring dengan pertumbuhan industri di sektor jasa penerbangan yang sangat pesat setelah diterbitkannya PP No. 40/2000.
Kebutuhan pramugari dan awak kabin lainnya juga meningkat dengan ditandai semakin banyaknya operator penerbangan serta pembukaan rute-rute penerbangan baru. Di sisi lain, peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, mungkin menyisakan pengalaman traumatik.
Kecelakaan yang tidak disangka-sangka dari pesawat canggih asal Rusia ini juga, nampaknya, akan menjadi salah satu pertimbangan besar bagi siapa pun yang bercita-cita menjadi awak kabin ataupun pramugari. Tapi, apa pun alasannya, menjadi pramugari adalah hal yang menyenangkan.
Direktur Pendidikan Staff Penerbangan dan Pramugari (PSPP) Lampung Maya Agustiya Sari, S.E. menegaskan, faktanya, walaupun terdapat kecelakaan transportasi udara, minat masyarakat untuk menjadi pramugari tidak berkurang. Alasannya, semua pekerjaan di darat, laut, maupun udara memang mengandung risiko.
    ’’Lagi pula yang namanya jodoh, rezeki, dan maut itu Tuhan yang mengatur. Jadi manusia tidak perlu khawatir. Yang harus kita lakukan adalah mencari rezeki yang halal, apa pun profesinya. Termasuk menjadi awak kabin,’’ urai Maya kepada Radar Lampung kemarin.
    Perempuan berambut panjang ini melanjutkan, menjadi pramugari tidak hanya menyenangkan, namun juga membanggakan karena tidak semua orang bisa menjadi awak kabin. Hanya orang-orang dengan kriteria tertentu yang menyandang profesi itu.
Maya mencontohkan, menjadi pramugari memang harus berpenampilan menarik, berpostur tubuh tinggi, ramah, santun, dan cerdas. Semua orang mengakui kecantikan dan keluwesannya dalam memberikan pelayanan yang sempurna terhadap para penumpang.
    Sisi kehidupan pramugari juga bisa disejajarkan dengan selebritis. Pramugari pun dapat bekerja sambil berkeliling dunia dan bertemu dengan banyak orang dari latar belakang negara yang berbeda. Itu berimbas dengan relasi yang banyak dan berkemampuan berbahasa yang mumpuni.
’’Pramugari juga dapat masuk dalam kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas,” tutur Maya.
    Ia melanjutkan, kecelakaan pesawat sendiri merupakan risiko kerja dan hanya satu berbanding seribu dengan peluang baik. Jadi tidak perlu takut menjadi pramugari karena kecelakaan pesawat tidak selalu terjadi. ’’Kecelakaan bisa terjadi di mana saja,’’ ungkapnya. (nui/c2/dna)

Yang Dilakukan Pramugari dalam Pesawat

    Anda pernah membaca kisah Steven Slater, pramugara JetBlue Airlines yang nekat keluar dari pesawat karena kesal dengan ulah penumpang? Muak dengan ulah seorang penumpang perempuan yang sulit diatur, Slater meraih intercom untuk mengucapkan selamat tinggal, mengambil bir di dapur, lalu membuka pintu pesawat, menggelar parasut untuk evakuasi, lalu meluncur keluar.
Ketika itu, JetBlue flight 1.052 baru mendarat di Bandara JFK, New York City, dari Pittsburgh, sedang berjalan perlahan menuju gate di bandara. Insiden itu membuat Slater ditahan polisi. Ulah Slater memang tidak bertanggung jawab, namun alasan di balik tindakan nekatnya bisa dimengerti. Ulah penumpang yang semaunya sendiri menjadi santapan sehari-hari awak kabin di penerbangan manapun.
Maka, untuk membuat penerbangan menjadi aman dan nyaman (serta tepat waktu), ada baiknya Anda mengetahui apa saja yang dihadapi pramugara/i di atas pesawat:

1.    Memastikan Keselamatan Penumpang
Orang sering menganggap peraturan di dalam pesawat itu mengganggu, tapi sebenarnya ada alasan di balik setiap aturan itu. Yakni menjaga keselamatan Anda.

2.    Bekerja Sama Akan Sangat Membantu
Anda bisa membantu penumpang lain, seperti tidak berlama-lama berdiri di lorong ketika akan menyimpan barang di overhead bin. Bantu juga penumpang yang kesulitan menyimpan barangnya.

3.    Bukan Restoran di Udara
Selalu ingat bahwa penerbangan bukanlah suatu tempat fine dining. Maskapai penerbangan tidak selalu menyiapkan 100 persen pilihan hidangan yang ada di buku menu. Jadi, Anda harus menerima jika apa yang Anda minta tidak tersedia.

4.    Jangan Lupa ’’Tolong" dan ’’Terima Kasih"
Tugas pramugari memang melayani Anda, tapi tidak berarti mereka bisa disuruh-suruh oleh penumpang. Sangat berarti buat pramugari kalau orang membalas sapaan ’’Selamat pagi'’ ketika mereka menegur penumpang.

5.    Mabuk di Atas Ketinggian 35.000 Kaki
Jika Anda mulai terlihat mabuk atau sulit diatur, pramugari bertanggung jawab untuk mengontrol situasi itu. Kalau pramugari juga sudah melihat bahwa Anda terlalu banyak minum, mereka akan tetap memberikan minuman, tapi tidak sepenuhnya berisi alkohol.

6.    Mata dan Telinga Pilot
Karena pilot tidak bisa melihat ke dalam area penumpang, mereka bergantung pada mata dan telinga pramugari. Pramugarilah yang harus waspada dengan apa yang terjadi di dalam pesawat dan menginformasikan pilot bila ada situasi darurat.

7.    Intim ketika Take-off dan Landing
Pembicaraan paling intim terjadi ketika take-off, taxiing (ketika pesawat baru mendarat dan berjalan perlahan menuju gate di bandara), dan landing. Ketika itulah terjadi ikatan antara penumpang dan awak kabin.

8.    Masuk Toilet Harus Ada Waktunya
Jika seseorang sedang menggunakan toilet, pramugari harus memberi tahu pilot dan pilot harus menghentikan pesawat (jika sudah bersiap take-off) sampai penumpang kembali ke kursinya serta mengencangkan sabuk pengaman.

9.    Tiga Kali Lipat Lebih Lelah
Pramugari biasanya sudah harus siap di pesawat satu jam sebelum penumpang bersiap untuk penerbangan. Bahkan beberapa jam sebelumnya, mereka sudah harus ada di bandara. Jadi jika Anda merasa lelah, kalikan kelelahan itu tiga kali untuk memahami betapa melelahkan tugas seorang pramugari.

10.    Bertemu Penumpang adalah Hal Paling Menyenangkan
Salah satu bagian favorit pramugari dari pekerjaannya adalah mendapatkan obrolan yang berarti dengan orang-orang yang menyenangkan. Pramugari banyak belajar hal baru dari sini. (dbs/c2/dna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar